Habib Riyadh: Figur Pemimpin Harus yang Mumpuni, Ngopeni dan Dapat Melayani Rakyat


[Habib Riyadh Tokoh Aktivis Senior Kota Pasuruan]

Pasuruan | Jurnaljawapes - Tidak mudah menjadi seorang pemimpin. Menjadi pemimpin harus mumpuni dari segala bidang dan mampu memelihara atau merawat rakyat, serta memberikan pelayanan yang terbaik. Pemimpin harus memiliki tanggung jawab terhadap anak buah maupun rakyatnya, baik tanggung jawab lahir ataupun batin. 

Pernyataan itu disampaikan Tokoh Aktifis Senior Habib Riyadh saat menjalin komunikasi bersama wartawan jurnaljawapes.com. Kamis (21/07/2022). Dalam kesempatan itu habib memberikan tajuk 'Membentuk Pemimpin yang Mumpuni, Ngopeni, lan Ngladeni'.

Habib Riyadh menjelaskan, maksud dari mumpuni (kompeten), ngopeni (merawat), lan nglayani (dan melayani) harus dimiliki semua pemimpin untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mumpuni atau kompetensi menguasai bidang kendali. Tidak hanya menguasai teori tetapi juga cakap, terampil dalam mengaplikasikannya. 

"Orang yang mumpuni itu biasanya juga mrantasi, sembodo, lan sumbut. Selain itu tidak menunjukkan omong doang atau omdo, tapi bisa dibuktikan dan mampu memberikan perubahan berarti bagi yang dipimpin, sehingga semakin sejahtera," terangnya. 

Sedangkan ngopeni, berarti menjaga, menjaga, mengurus, dan menjaga hal-hal yang menjadi perhatian. Misalnya ketika bercocok atau bercocok tanam menjadi tukang kebun, maka harus bisa memelihara kebun dan seisinya agar sayuran dan tanaman tumbuh subur. Sehingga ada kegiatan memberi pupuk, menyiram, dan menyiangi tanaman. 

"Menjadi pemimpin itu memiliki tanggung jawab terhadap anak buahnya, baik tanggung jawab lahir maupun batin. Mensejahterakan anak buah itu  juga. Ora cuma diberi materi, gaji, atau kesejahteraannya, tetapi akan memperhatikan kesehatan jasmani," kata Habib akrab di panggil Bang Riyadh itu.

Ngladeni artinya melayani. Menurutnya, pemimpin itu melayani atau memberikan pelayanan yang baik atau cepat, mudah, murah, dan ramah. Karenanya, apabila sudah mendedikasikan diri masuk di pemerintahan, maka sebagai tuannya adalah rakyat, kepuasan rakyat adalah kebahagiaan pimpinan. 

Seorang pemimpin harus memiliki pemikiran, bahwa sudah seberapa jauh pekerjaan yang dilakukan dalam memberikan pelayanan dan kepuasan kepada masyarakat. Apakah rakyat masih ada yang menggerutu, masih ada yang sengsara atau tidak, serta kebutuhan-kebutuhan masyarakat lainnya. 

"Itulah tugas pemimpin. Jadi pemimpin harus bekerja, jangan hanya melihat atau merasa puas dalam kepimpinan, tetapi apakah masyarakat sudah bahagia atau belum," terangnya. 


Selain itu di tempat yang terpisah, Ketua umum LSM Pasdewa, Totok juga menjelaskan, apabila kompetensi, memelihara, dan melayani sudah dilakukan dengan baik, maka pemimpin yang profesional dan melayani tidak hanya dalam ide saja, melainkan sudah pada tataran aplikasi. Apa profesionalisme ASN harus ditunjukkan dengan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidang dan jenjangnya masing-masing. 

Profesionalisme ASN itu mensyaratkan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan publik. Antara lain budaya organisasi, tujuan organisasi, organisasi, tata kerja, dan sistem insentif yang dihasilkan dalam proses organisasi publik.

Sekedar sebagai catatan seseorang yang pada akhirnya harus berada diposisi pimpinan tersebut pada dasarnya adalah memang dan seharusnya memerankan posisi dimana dia berada. Peran baik atau jelek itu adalah tergantung karakter seseorang. Sedang konsekuensi akibat karakter tersebut merupakan wilayah pribadi, meskipun dengan karakter jelek maka akan banyak menimbulkan kerugian secara materi maupun immateri. Baik terhadap bawahannya secara khusus maupun kepada masyarakat pada umumnya.

Paling basic, pemimpin itu pelayan umat. Karena dia bukan raja. Jika ada pemimpin adigang adigung semau dewe, itu adalah ujian bagi yang dipimpin bagaimana mensikapinya. Karena pemimpin adalah ujian bagi rakyatnya demikian pula sebaliknya.
Penegakan kebenaran adalah tanggung jawab individu maupun secara komunal. Rakyat hendaknya tidak segan atau ewuh pakewuh mengingatkan pemimpinnya jika memang dirasa keberpihakan kepada rakyat menurun atau hilang sama sekali. Demikian pula pemimpin harus sering melakukan introspeksi atas pola kerja dan kinerjanya.

Dalam hal ini merupakan suatu titik ideal untuk mencapai harapan bersama adalah pemimpin ada bersama yang dipimpin. Bukan lantas duduk di singgasana gading dalam istana yang berpagar tinggi menjulang.

"Singkatnya seorang pemimpin tak cukup hanya mengandalkan teori melainkan dapat secara langsung membaur dalam berkomunikasi antara pemimpin dan bawahan maupun rakyat yang di pimpinnya." Tandasnya.

Editor           : Hasan

Jurnalis       : Rachmat
Baca Juga

View

Posting Komentar

0 Komentar

Pujo Asmoro

Pimprus Media Jurnal Jawapes. WA: 082234252450

Countact Pengaduan