[Foto : Ayik Suhaya Ketua Koordinator Forum Penyelamat Demokrasi Kota Pasuruan] |
Ayik Suhaya. SH. Ketua Koordinator Forum Penyelamat Demokrasi (FPD) Kota Pasuruan menilai debat pasangan tunggal yang di gelar pada tanggal 2 september kemarin sangat tidak menarik sekali. "Namanya debat itu harus ada lawannya. Dan adu Argumentasi, adu visi dan misi dan adu gagasan/program sehingga dapat menakar kemampuan pasangan calon tentunya," terangnya. Minggu (03/11/2024).
Sebagai kandidat debat dalam tanya jawab paslon tunggal terkesan normatif dan sangat prosedur sekali tidak ada langkah konkrit dan dalam tanya jawab by zoom vidio ada kesan setingan panitia penyelenggara (ada indikasi kongkalikong).
"Di kota Pasuruan sekarang ada Perwakilan Koordinator Kotak Kosong, kenapa panitia penyelenggara enggan mengundang. Seharusnya di undang dong! setidaknya kami mewakili rakyat kota pasuruan untuk tanya jawab," tambahnya
Ada pandangan yang realistik yang menganggap bahwa keberadaan calon tunggal bukan berarti kegagalan partai politik. Tetapi lebih dipandang sebagai cara parpol merespons keadaan politik yang sifatnya dinamis dengan pertimbangan rasional. Karena bagaimanapun dalam sebuah pertarungan politik, yang ingin diraih adalah kemenangan. Politik dianggap sebagai pilihan dari aktor-aktor politik secara rasional, yang kadang lebih pada soal “untuk mendapatkan apa” atau “who get what, when, and how” (Lasswell, 1936).
Untuk dketahui bersama giat debat paslon tunggal kota pasuruan itu dilaksanakan di studio Jtv Surabaya dan disiarkan secara langsung mulai pukul 19.30 WIB, Kemarin.
Oleh sebab itu dan atas nama masyarakat kota Pasuruan kami menduga acara itu sarat kepentingan dan ada indikasi kongkalikongan. Masyarakat Kota Pasuruan menghendaki Debat Calon Pasangan tunggal dengan perwakilan Kotak Kosong "Versi Debat Rakyat Kota Pasuruan" pertanyaannya sekarang beranikah Paslon Tunggal Debat dgn Perwakilan Kotak Kosong ? Pungkasnya
(Rachmat)
kali berita ini telah dibaca
0 Komentar