[Foto : Ilustrasi Kotak Kosong Di Pilwali Kota Pasuruan] |
Ayik Suhaya. SH., Mengatakan saya rasa ini kemunduran demokrasi karena kompetisinya dihilangkan. Yang seharusnya masyarakat bisa melihat adu gagasan, menjadi tidak ada. Ibarat kata mau menang secara cepat saja karena tren anggapan yang menunjukkan calon tunggal menang.
[Foto : Ayik Suhaya dan Adi wibowo paslon tunggal kota pasuruan siap bertarung di pilwali Kota Pasuruan 2024] |
"Ini seolah-olah borongan saja, dalam satu perahu besar. Dan ini bukan tiket kosong, pasti ada yang ditransaksikan "secara politik" dan itu akan kelihatan setelah kepala daerahnya terpilih," ungkapnya
Dikutip dari salah salah satu media online salah sautu Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Ali Sahab, mengatakan fenomena kotak kosong dapat membuat perhelatan pilkada hanya akan menjadi semacam "formalitas" bagi masyarakat.
Fenomena kotak kosong lainnya terjadi pada level kabupaten/kota di 42 daerah.
"Di Jawa Timur, fenomena ini berpeluang terjadi di Kota Surabaya, Trenggalek, Ngawi, Gresik, dan Pasuruan," terangnya
Pasangan calon tunggal di lima daerah di Jawa Timur tersebut didukung oleh delapan hingga 18 partai politik yang tergabung dalam "koalisi gemuk".
Sementara itu, Adi Wibowo calon tunggal kota pasuruan dari pasangan Anugrah saat di konfirmasi wartawan tekait gerakan kotak kosong saat ini, dia mengatakan "Saya sudah banyak juga ketemu langsug dan pertemuan dgn warga, kalau soal dialog ya biasa," ungkapnya
Saat disinggung soal debat gagasan secara umum oleh Ayik Suhaya, SH., ketua kooodinator Forum Pembela Demokrasi (FPD) Minggu 10 november 2024, malam. Ia mengatakan "Kalau konteks demokrasi kan boleh-boleh saja menyuarakan apa saja, selama tidak dilarang, tapi sebagai paslon ya kita ajak pilih yang jelas ada calonnya, memilih kita untuk melanjutkan pembangunan." Tandas Adi Wibowo dengan percaya bahwa paslon tunggal pasangan Anugrah kota Pasuruan itu pasti menang.
Lebih lanjut dan disimpulkan oleh Ayik Suhaya, SH., bahwa penyampaian seperti itu artinya paslon tunggal ini patut kita duga bahwa tidak mempunyai jiwa demokrasi atau jiwa-jiwa yang tidak pro rakyat "bagaimana rakyat kota pasuruan ini mau memilih sosok figur calon pemimpin yang seperti itu." Pungkasnya (Rachmat)
kali berita ini telah dibaca
0 Komentar