![]() |
[Foto : Warga Jeruk Kuwik Membersihkan Sisa Material Yang Mengakibatkan Kecelakaan] |
Sejak proyek ini dimulai, warga setempat menghadapi berbagai permasalahan, termasuk meningkatnya kecelakaan lalu lintas akibat jalan yang licin dan tertutup debu dari material urugan yang tercecer. Puluhan insiden kecelakaan telah terjadi, terutama pada saat hujan turun, membuat kondisi jalan semakin berbahaya.
Kepala Dusun Jeruk Kuwik, Shohib, menegaskan bahwa pihaknya bersama warga telah berinisiatif membersihkan sisa-sisa material di jalan dengan alat seadanya demi mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan. “Kami berusaha mengoordinasikan warga untuk membersihkan debu di jalan nasional ini agar tidak mengganggu aktivitas pengguna jalan serta mengurangi risiko kecelakaan,” ujarnya pada Senin (10/02/2025).
Meskipun demikian, Shohib tetap menyambut baik adanya proyek ini dengan harapan ke depannya dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.
Di tengah kekhawatiran masyarakat, pihak perusahaan tampaknya tidak memberikan informasi yang cukup transparan. Agus, yang mengaku sebagai perwakilan PT Satoria pusat, menegaskan bahwa ia tidak memiliki kewenangan untuk menjawab pertanyaan terkait proyek pengurugan. “Saya hanya ditugaskan untuk urusan lain. Jika ingin tahu lebih lanjut soal proyek urugan dan dampaknya, silakan langsung bertanya ke vendor pemenang tender,” katanya singkat.
Ironisnya, hingga berita ini diturunkan, tidak ditemukan papan informasi proyek di lokasi, yang seharusnya memberikan keterangan resmi mengenai pelaksanaan pekerjaan tersebut. Bahkan dua petugas Dinas Perhubungan (DLLAJ) yang berada di lokasi pun menyatakan bahwa urusan tersebut bukan wewenang mereka karena proyek ini berada di jalan nasional.
Setelah dua hari proyek dihentikan sementara, suasana di Jeruk Kuwik berubah. Warga yang sebelumnya mengeluhkan batuk, pilek, dan gangguan pernapasan akibat debu, kini merasa lebih nyaman. Seorang warga, yang akrab disapa Tin, mengungkapkan kelegaannya. “Biasanya batuk-batuk terus, pilek dan bersin karena debu. Tapi dua hari ini lebih lega karena tidak ada debu yang beterbangan,” katanya dalam bahasa Jawa.
Namun, kondisi berbeda dialami para pekerja harian proyek. Seorang Ceker bernama MS mengaku kecewa karena tidak mendapat pemberitahuan sebelumnya bahwa proyek dihentikan. “Kemarin kami sudah diliburkan karena ada kunjungan, tapi hari ini saya kira sudah mulai lagi. Saya sudah datang sejak pagi, tapi sampai siang tidak ada muatan datang. Mending saya pulang saja,” ujarnya sambil memasukkan nota bon ke dalam tasnya.
Sementara itu, di lokasi proyek masih terlihat dua alat berat yang melakukan pemerataan lahan, meskipun belum ada tanda-tanda aktivitas bongkar muat tanah urugan.
Fenomena ini menunjukkan pentingnya perencanaan proyek yang memperhatikan aspek lingkungan dan keselamatan warga sekitar. Selain itu, transparansi dari pihak perusahaan maupun kontraktor sangat diperlukan agar masyarakat mendapatkan informasi yang jelas mengenai dampak dan tahapan proyek.
Diharapkan pihak terkait segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi persoalan ini, baik dengan meningkatkan prosedur keselamatan di jalan nasional, memastikan tidak ada polusi berlebihan, maupun memberikan kepastian kerja bagi para pekerja proyek.
Sehingga, harapan warga Jeruk Kuwik untuk mendapatkan manfaat dari proyek ini, tanpa harus menghadapi risiko kesehatan dan keselamatan, benar-benar dapat terwujud.
(Hamim)
View
1 Komentar
Top
BalasHapus