![]() |
[Keterangan Foto : Foto Bersama Civitas Akademika FIK] |
Acara ini menjadi momentum penting bagi para civitas akademika, dosen, mahasiswa dan tenaga kesehatan dalam memahami pentingnya pengembangan jiwa kewirausahaan di bidang kesehatan, yang saat ini menjadi salah satu sektor dengan peluang besar di Indonesia.
Sebagai salah satu universitas unggulan di Surabaya, UM Surabaya telah lama dikenal sebagai kampus yang melahirkan banyak inovator dan entrepreneur, termasuk dalam bidang kesehatan.
Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya menjadi bagian penting dalam penciptaan wirausaha muda yang bergerak di berbagai sektor kesehatan, seperti layanan home care, klinik kecantikan, klinik khitan, serta lembaga pelatihan kesehatan.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan layanan kesehatan di masyarakat, para lulusan dari kampus ini diharapkan tidak hanya menjadi tenaga medis yang andal tetapi juga mampu berkontribusi dalam pengembangan bisnis berbasis kesehatan.
Kajian Ramadhan ini menjadi ajang refleksi sekaligus diskusi mengenai tantangan dan peluang dalam mengembangkan healthpreneur di Indonesia. Berdasarkan hasil studi yang dirilis oleh Bappenas, terdapat beberapa tantangan utama yang dihadapi sektor kesehatan di Indonesia, di antaranya:
- Negara Kepulauan: Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki tantangan tersendiri dalam hal pemerataan layanan kesehatan. Banyak daerah terpencil yang masih sulit dijangkau oleh tenaga medis dan fasilitas kesehatan.
- Demografi Penduduk yang Besar: Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, kebutuhan tenaga kesehatan semakin meningkat. Hal ini membuka peluang besar bagi tenaga medis untuk mengembangkan berbagai inovasi layanan kesehatan yang dapat menjangkau lebih banyak masyarakat.
- Topografi yang Beragam: Keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari pegunungan, lembah, pantai, dataran tinggi, dan rendah menjadi hambatan tersendiri dalam pemerataan akses layanan kesehatan.
- Infrastruktur Kesehatan: Pembangunan fasilitas kesehatan di Indonesia masih menghadapi kendala dalam hal ketersediaan tenaga medis, aksesibilitas, serta kualitas layanan.
- Iklim Tropis: Indonesia memiliki iklim tropis yang membuatnya rentan terhadap berbagai penyakit seperti demam berdarah dan masalah kesehatan kulit. Hal ini menciptakan potensi besar bagi tenaga kesehatan untuk mengembangkan layanan dan inovasi yang berfokus pada pencegahan serta pengobatan penyakit tropis.
Acara ini menghadirkan Ali Maghfuri, S.Kep., Ns., MM, seorang alumni FIK UM Surabaya yang telah sukses mengembangkan usaha di bidang pendidikan dan pelatihan kesehatan. Dalam paparannya, Ali menekankan bahwa menjadi seorang entrepreneur di bidang kesehatan membutuhkan growth mindset yang kuat serta kesiapan mental dan fisik dalam menghadapi tantangan dunia usaha.
Menurut Ali, ada beberapa pola pikir yang perlu dikembangkan oleh seorang tenaga kesehatan agar bisa sukses dalam berwirausaha, antara lain:
- Belajar dari Pengalaman: Kesuksesan tidak datang begitu saja, tetapi merupakan hasil dari pembelajaran, baik dari pengalaman sendiri maupun dari orang lain.
- Inovasi Berkelanjutan: Inovasi adalah kunci utama dalam membangun bisnis yang berkelanjutan. Tenaga kesehatan yang ingin berwirausaha harus rajin belajar, membaca, dan mencoba berbagai hal baru untuk mengasah kreativitas dan daya inovasi.
- Pantang Menyerah (Never Give Up): Dalam perjalanan menjadi seorang entrepreneur, pasti akan ada banyak tantangan. Oleh karena itu, memiliki mental yang kuat dan tidak mudah menyerah adalah hal yang wajib dimiliki oleh setiap wirausaha.
Selain memiliki pola pikir yang kuat, ada beberapa keterampilan utama yang harus dimiliki oleh seorang healthpreneur, di antaranya:
- Kemampuan Komunikasi: Komunikasi yang baik akan membantu seorang wirausaha dalam membangun relasi serta memberikan edukasi yang mudah dipahami oleh masyarakat.
- Jiwa Kepemimpinan: Kepemimpinan yang baik akan memudahkan seseorang dalam mengelola bisnis dan membawa visi usahanya ke arah yang lebih baik.
- Kemampuan Beradaptasi: Dalam dunia bisnis, segala sesuatunya bisa berubah dengan cepat. Oleh karena itu, seorang entrepreneur harus mampu beradaptasi dengan kondisi yang ada dan menemukan solusi terbaik dalam menghadapi tantangan.
Kajian Ramadhan Inspiratif ini mendapat respons positif dari berbagai pihak, termasuk dari Rektor UM Surabaya yang turut hadir dalam acara penutupan. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi atas upaya Fakultas Ilmu Kesehatan dalam membangun jiwa entrepreneurship di kalangan mahasiswa dan tenaga kesehatan.
“Semoga UM Surabaya terus menjadi kampus yang menjadi inkubator generasi penerus bangsa. Fakultas Ilmu Kesehatan memiliki peran besar dalam mengembangkan healthpreneur dan menjadi salah satu tulang punggung kemajuan negara di bidang kesehatan,” ungkapnya.
Tidak hanya menjadi wadah diskusi, Kajian Ramadhan Inspiratif ini juga menjadi ajang networking bagi mahasiswa dan tenaga kesehatan yang tertarik untuk terjun ke dunia healthpreneurship.
Para peserta berkesempatan untuk bertukar ide dan pengalaman, serta mendapatkan wawasan praktis dari para pelaku bisnis di sektor kesehatan. Kegiatan ini semakin mempertegas peran UM Surabaya dalam menumbuhkan generasi tenaga kesehatan yang tidak hanya kompeten di bidang akademik tetapi juga memiliki daya saing dalam menciptakan inovasi bisnis berbasis kesehatan.
Dengan adanya kajian ini, diharapkan semakin banyak tenaga kesehatan yang tidak hanya berfokus pada pekerjaan di fasilitas kesehatan, tetapi juga memiliki jiwa entrepreneur yang siap menciptakan inovasi dan layanan kesehatan yang lebih luas serta merata di seluruh Indonesia. UM Surabaya terus berkomitmen untuk menjadi motor penggerak dalam mencetak generasi tenaga kesehatan yang unggul, inovatif, dan berdaya saing tinggi.
(Redaksi)
View
0 Komentar